Tugas Individu Psikologi Pendidikan oleh Reflita Dewi Daulay
MENGEKSPLORASI
MOTIVASI
APA ITU MOTIVASI ?
Motivasi adalah proses yang memberi semangat,
arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi murid dikelas berkaitan
dengan alasan dibalik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi
semangat, punya arah dan dipertahankan dalam jangka lama. Jika murid tidak
menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan motivasi. Jika murid
menghadapi tantangan dalam penelitian dan dia terus berjuang dan mengatasi
rintangan, maka ia punya motivasi yang besar.
PERSPEKTIF TENTANG MOTIVASI
Perspektif tentang Motivasi terdiri dari empat perspektif :
1.
Perspektif Behavioral
Menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal
adalah factor utama yang menentukan motivasi murid. Intensif adalah
stimuli atau kejadian positif atau negative yang dapat memotivasi perilaku
murid. Intensif ini dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan
mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari
perilkau yang tidak tepat .
2.
Perspektif Humanistik
Menekankan kapasitas pertumbuhan personal kita,
kebebasan kita untuk memilih nasib, dan kualitas positif kita. Perspektif ini
berkaitan dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus
dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Hierarki
Kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan :
·
Fisiologis : lapar, haus,
tidur
·
Keamanan : bertahan hidup,
berlindung dari kejahatan
·
Cinta dan rasa memiliki :
kasih sayang, perhatian dari orang lain.
·
Harga diri : menghargai diri
sendiri
·
Akltualisasi diri : realisasi
potensi diri. Merupakan kebutuhan tertinggi dan yang paling sulit. Aktualisasi
diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai
manusia.
3.
Perspektif Kognitif
Memfokuskan diri pada motivasi internal untuk
meraih sesuatu, atribusi, keyakinan murid bahwa mereka dapat mengontrol
lingkungan mereka secara efektif, dan dapat menetukan tujuan, merencanakan, dan
memonitor kemajuan mereka kearah tujuan. Perspektif kognitif mirip dengan
konsep motivasi kompetensi R.W.White yang mengusulkan konsep motivasi
kompetensi , yakni bahwa orang temotivasi untuk menghadapi lingkungan
mereka secara efektif.
4.
Perspektif Sosial
Menekankan perlunya afiliasi. Kebutuhan afiliasi
dan ketehubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman.
MOTIVASI UNTUK MERAIH SESUATU
Motivasi Ekstrinsik
adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk
mecapai tujuan). Contoh , murid mungkin belajar keras menhadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang bagus.
Motivasi Intrinsik
adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri). Contoh , murid mungkin belajar keras menghadapi
ujian karena dia senang dengan mata pelajaran yang diujikan itu. Ada dua jenis
motivasi intrinsik
:
·
Intrinsik dari determinasi diri dan
pilihan personal
Menekankan pada determinasi diri. Dalam pandangan ini, murid
percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemampuan mereka sendiri, bukan
karena kesuksesan atau imbalan internal
·
Pengalaman optimal
Pengalaman optimal berupa perasaan senang dan bahagia yang
besar.
PROSES
KOGNITIF LAINNYA
1. Atribusi. Teori atribusi menyatakan bahwa
dalam usaha mereka memahami perilaku atau kinerjanya sendiri. Atribusi adalah
sebab-sebab yang dianggap menimbulkan hasil.
Weiner mengidentifikasi tiga dimensi atribusi kausal :
a. Lokus :
apakah sebab-sebab itu bersifat ekternal atau internal bagi si murid
b. Stabilitas
: sejauh mana sebab-sebab itu tetap tak bisa diubah atau dapat diubah
c. Daya
kontrol : sejauh mana individu dapat mengontrol sebab tersebut
Kombinasi dari tiga dimensi ini menghasilkan
penjelasan yang berbeda tentang kegagalan dan kesuksesan.
2.
Motivasi
untuk menguasai. Yang berhubungan erat dengan ide tentang
motivasi intrinsik dan atribusi adalah konsep motivasi penguasaan (mastery
motivation). Tiga tipe orientasi prestasi :
a.
Orientasi
untuk menguasai, berfokus pada tugas bukan kemampuan,
dan melibatkan sikap positif dan strategi berorientasi solusi.
b.
Orientasi
tak berdaya, fokus pada kelemahan personal,
menghubungkan kesulitan dengan kekurangan kemampuan, dan menunjukkan sikap
negatif (seperti rasa bosan dan cemas)
c.
Orientasi
kinerja, lebih memperhatikan hasil dari pada proses
pencapaiannya.
3.
Self-Efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan
memproduksi hasil positif. Self-Efficacy mempunyai kesamaan dengan motivasi
untuk menguasai dan motivasi intrinsik. Self-Efficacy adalah keyakinan bahwa
“Aku Bisa”.
MOTIVASI, HUBUNGAN, DAN KONTEKS SOSIOKULTURAL
MOTIF SOSIAL
adalah kebutuhan dan keinginan yang dipelajari melalui pengalaman dengan dunia
sosial. Kebutuhan untuk afiliasi atau keterhubungan melibatkan motif untuk
merasa aman dalam berhubungan dengan orang lain, yakni dengan menjalin,
memelihara, dan memulihkan hubungan yang hangat dan personal.
HUBUNGAN SOSIAL
v
Hubungan
Murid dengan Orang Tua, meliputi :
·
Karakteristik
demografis. Orang tua dengan pendidikan yang lebih
tinggi akan lebih mungkin percaya bahwa keterlibatan mereka dalam pendidikan
anak adalah penting. Mereka lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam pendidikan
anak dan memberi stimuli intelektual di rumah. Prestasi murid dapat menurun
apabila mereka tinggal dalam keluarga yang single parent, orang tua yang
waktunya banyak dihabiskan untuk bekerja, dan tinggal dalam keluarga besar.
·
Praktik
pengasuhan anak. Berikut beberapa praktik parenting
positif yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi : (1) mengenal betul anak
dan memberi tantangan dan dukungan dalam kadar yang tepat, (2) memberikan iklim
emosional yang positif, (3) menjadi model perilaku yang memberi motivasi.
·
Provisasi
pengalaman spesifik di rumah. Membacakan buku untuk anak
prasekolah dan memberi materi bacaan dirumah akan memberi efek positif pada
prestasi dan motivasi membaca anak.
v
Hubungan
Murid dengan Teman Sebaya. Teman sebaya dapat mempengaruhi motivasi anak
melalui perbandingan sosial, kompetensi dan motivasi sosial, belajar bersama,
dan pengaruh kelompok teman sebaya.
v
Hubungan
Murid dengan Guru. Murid kemungkinan besar akan berkembang menjadi manusia yang
kompeten apabila mereka merasa di perhatikan, karenanya guru harus mengenal
murid dengan baik.
v
Hubungan
Guru dengan Orang Tua.
KONTEKS SOSIOKULTURAL
Meliputi :
Status Sosioekonomi dan Etnisitas, dan Gender
0 komentar:
Posting Komentar